Melihat fenomena yang terjadi di dunia digital saat ini, membuat kita untuk membuka mata dan saling bekerja sama untuk menghadapi permasalahan yang timbul dari media digital. Oleh karena itu, sebuah kegiatan 1NDONESIA “Cerdas Bermedia Sosial” dilaksanakan pada hari Jumat, 8 Desember 2017 ini didukung oleh Youtube Creators for Change, Kominfo, Polri, Kemendikbud, Siberkreasi, Maarif Institute, Mudamudigital, Cameo Project bekerja sama dengan ID-CORP, IGF, dan Relawan TIK melakukan sebuah kegiatan yang bertujuan untuk mengajak generasi millenials menggunakan media sosial secara cerdas dengan mengambil nilai positif yang ada di media sosial.
Ibu Shinto Nugroho selaku Kepala Kebijakan Publik Google dan YouTube Indonesia mengatakan kegiatan ini bukan hanya dilaksanakan di Jakarta saja, tetapi juga dilaksanakan di berbagai kota. Cameo Project ditunjuk untuk menjadi duta pada kegiatan ini, karena menyebarkan konten positif di media sosial. Youtube Creators for Change telah melahirkan bibit-bibit creator lokal yang dapat mengubah pemikiran anak muda Indonesia tentang media sosial. Creator lokal ini diharapkan dapat menyebarkan dampak positif dari media sosial dan mengurangi penyalahgunaan media sosial. Youtube mendukung penuh kegiatan ini dengan mengeluarkan fitur untuk menghapus konten dan iklan yang memiliki nilai negatif di dalamnya. Dengan mengklik tanda flaging pada video yang memiliki nilai menyimpang. Selain itu, komentar yang dianggap tidak pantas juga dapat dihapus oleh pihak Youtube.
Creators muda dari berbagai kota seperti, Jakarta, Bandung, Semarang, dan Surabaya.
Ada 1.200 siswa Maarif Institute mengikuti pelatihan untuk mendukung terciptanya konten positif. “Kita harus memproduksi konten positif dan bergerak untuk membuat konten positif di dunia digital Indonesia supaya Indonesia dapat lebih baik untuk kedepannya” ujar Bapak Abdullah Daraz selaku Direktur Eksekutif Maarif Institute.
Dengan semakin banyaknya isu negatif dan penyalahgunaan yang bermunculan di media digial membuat divisi humas Polri ikut turun tangan dalam menangani kasus tersebut. Kasus atau peristiwa yang sebenarnya tidak terjadi tetapi dijadikan sebuah berita dengan mengemasnya secara menarik dan dapat membuat masyarakat percaya dengan berita tersebut tanpa mengecek sumber pastinya merupakan latar belakang munculnya hoax.
Bapak Irjen Setyo Wasisto selaku Divisi Humas Polri berpendapat, “Media sosial memiliki nilai positif dan negatif. Nilai positif media sosial dapat menghubungkan orang-orang sehingga suara mereka didengar. Nilai negatif media sosial dapat menghancurkan suatu negara. Oleh karena itu, jika bukan kita yang meramaikan media sosial dengan konten positif lalu siapa lagi? Satu Indonesia cerdas bermedia sosial”.
Saat ini, pengguna internet di Indonesia mencapai 132 juta dengan 106 juta pengguna media sosial dan mengakses media sosial melalui ponsel sebesar 62%. Rata-rata pengguna internet di Indonesia menghabiskan waktunya 8 jam 44 menit per hari untuk mengakses internet. Sedangkan 106 juta pengguna media sosial mengabiskan rata-rata waktunya 3 jam 16 menit untuk menggunakan media sosial. Dengan menghabiskan waktu tersebut juga mengubah pola perilaku masyarakat menjadi kurang berkualitas jika sedang berkumpul antara satu dengan yang lainnya.
Teknologi Ubah Perilaku
Peningkatan pengguna internet di Indonesia tidak dibarengi dengan peningkatan literasi digitalnya. Menurut sebuah survei di Kanada, pengguna internet Indonesia cepat dan mudah percaya dengan berita yang tersebar di inernet tanpa mencari tau terlebih dahulu sumbernya berasal dari mana. Untuk itu, literasi digital sangat penting dalam pencegahan hoax sekaligus penambah wawasan dalam mengisi konten dengan baik dan kreatif. Jika masyarakat menemukan berita hoax ataupun konten negatif dapat diadukan ke aduankonten@mail.kominfo.go.id” kata Bapak Samuel Abrijani selaku Dirjen Aptika Kominfo.
Kegiatan 1NDONESIA “Cerdas Bermedia Sosial” hari ini memiliki dua sesi. Sesi pertama yang dimoderatori oleh Bapak Banyu dan diisi oleh lima narasumber yaitu, Bapak Khelmi K. Pribadi dari Maarif Institute, Mas Yosi dari Cameo Project, Ibu Mariam Barata dari Kominfo, Bapak M. Iqbal dari Polri, dan Mas Dedi Permadi dari Siberkreasi. Sesi kedua yang diisi oleh Gerald Bastian, Cameo Project (Duta Program Youtube Creators for Change untuk Indonesia), Ghifar ‘Film Maker Muslim’ dan Fero Walandouw (artis sekaligus pemilik e-commerce Travero).
Bapak Khelmi K. Pribadi menuturkan, bahwa pertumbuhan website kelompok ekstrimis terus meningkat dari tahun 1998 hingga 2014 mengalami perumbuhan yang sangat cepat. Konten internet masih sangat mengkhawatirkan, dengan munculnya konten yang meresahkan masyarakat dan mengandung konten negatif, seperti ujaran kebencian sebanyak 13.829, pornografi 13.120, berita palsu 6.973 hingga tanggal 18 September 2017 sudah terdapat 782.316 situs yang sudah diblokir oleh pemerintah. Oleh karena itu, jangan menjadi orang yang mudah sembarangan menyebarkan konten jika tidak tau keaslian berita tersebut dan kejelasan dari sumbernya. “Jika kita belum bisa membuat konten positif, sebarkanlah konten positif yang ada di internet kepada orang lain,” demikian kata Yosi.