Olahraga (seharusnya) menjadi bagian dari gaya hidup kita sehari-hari. Mengapa olahraga? Karena hidup ini membutuhkan sesuatu yang dilakukan secara konsisten setiap harinya dan semua orang bisa melakukannya. Olahraga adalah kegiatan universal ketika semua orang bisa melakukannya kapan saja, di mana saja, dan oleh siapa saja—anak-anak, anak muda, orang dewasa, sampai lansia. Ada banyak jenis olahraga yang bisa kita tekuni, mulai dari jalan santai sampai olahraga yang ekstrim seperti panjat tebing, misalnya. Apapun olahraga yang kita pilih, olahraga tersebut pasti memberi manfaat bagi siapapun yang melakukannya dengan sungguh-sungguh, nggak hanya untuk kesehatan fisik yang lebih baik, kesehatan mental juga bisa lebih baik jika kita melakukan olahraga dengan baik, benar, dan konsisten.
Salah satu kunci kesuksesan olahraga adalah kita mau menyisihkan sedikit waktu kita secara konsisten untuk berolahraga. Apapun olahraga yang akan kita tekuni, jika kita mau meluangkan waktu untuk belajar dan membiasakan diri, maka kita jadi dimampukan untuk berolahraga meskipun awalnya terasa berat untuk dijalani.
Kalau kamu sendiri, olahraga apa yang kamu suka? Berapa banyak jenis olahraga yang kamu suka? Satu olahraga aja udah susah banget untuk ditekuni kayaknya, apalagi kalau banyak olahraga hehehe. Tapi untuk orang yang terbiasa dengan olahraga, sepertinya nggak masalah juga jika punya kesukaan olahraga yang banyak—misalnya rutin renang, lari, dan main tenis misalnya. Nggak masalah sama sekali. Perempuan dan laki-laki punya kesempatan yang sama untuk menekuni olahraga apapun. Arsani, Ali Maksum, dan Tuasikal (2021) dalam jurnalnya yang membahas tentang hubungan gender dengan pendidikan jasmani mengatakan bahwa tidak ada hubungan yang signifikan antara gender dengan jenis olahraga yang ditekuni. Olahraga yang “dilabeli” sebagai olahraga yang identik dengan salah satu gender adalah hasil dari budaya yang berkembang di masyarakat, contohnya sepakbola. Sepakbola adalah olahraga yang (biasanya) ditekuni oleh laki-laki, namun perempuan juga ada yang menjadi pemain sepakbola (walau ini tidak populer di Indonesia).
Kira-kira apa yang menjadi garis akhir dari sebuah olahraga? Ya, dengan mengikuti berbagai kejuaraan—jika kamu seorang atlet, atau mengikuti lomba jika kamu orang awam namun suka sekali olahraga. Dari sekian banyak olahraga yang dilombakan, ada salah satu jenis perlombaan yang cukup populer dan tidak mengenal gender— laki-laki dan perempuan bisa mengikuti lomba ini tanpa terkecuali. Nama lombanya adalah lomba triathlon. Apa itu lomba triathlon? Lomba triathlon adalah lomba yang diambil dari cabang olahraga triathlon. Mengutip dari Alodokter, Triathlon adalah gabungan dari olahraga berenang, bersepeda, dan berlari. Uniknya, semua olahraga tersebut dilakukan dalam satu waktu secara berurutan. Membacanya saja mungkin capek bagi yang nggak terbiasa olahraga, namun olahraga ini sangat disukai oleh orang yang suka tantangan—nggak peduli dia seorang laki-laki atau perempuan, seperti liputan dari Sungailiat Triathlon 2024 yang diadakan pada hari Sabtu, 4 Mei 2024 lalu. Lomba ini adalah salah satu agenda terbaik yang masuk dalam kalender pariwisata Pemerintah Kabupaten Bangka dan diadakan untuk memperingati HUT Kota Sungailiat yang ke-258. Lomba yang bisa diikuti oleh seluruh warga Indonesia ini memberikan beberapa manfaat positif bagi peserta maupun pengunjung yang terlibat seperti merasakan semarak kebersamaan dengan peserta lain, menikmati beberapa acara menarik lainnya seperti nganggung (tradisi penduduk setempat ketika mereka membawa makanan lengkap dari rumah masing-masing ke tempat pertemuan besar), barongsai, bazar UMKM, atraksi seni budaya lokal khas Bangka, dan juga kamu bisa menikmati sajian kuliner khas Bangka Belitung yang tidak bisa dilewatkan begitu saja.
Fitri Wigati Mumpuni dari Berlima Womenpreneur adalah salah satu peserta yang mengikuti Sungailiat Triathlon 2024. Fitri adalah salah satu kontestan yang berhasil menyelesaikan rangkaian lomba yaitu berenang sejauh 750 m, bersepeda sejauh 20 km, dan 5 km lari. Dari ketiga rangkaian lomba, Fitri berhasil menjadi pemenang dari kategori pelari dengan catatan waktu terbaik untuk kategori umur diatas 45 tahun. Alasan dia berpartisipasi dalam lomba triathlon ini adalah dia ingin men-challenge dirinya sebelum berusia 50 tahun. Lalu apa saja persiapan yang dilakukan Fitri? Apakah ada kendala tertentu karena usia misalnya?
Menurutnya, persiapan yang dia lakukan hanya enam bulan, dan basic yang dimiliki Fitri hanya berenang. Sepeda baru belajar di bulan Januari 2024, dan lari baru belajar di bulan Oktober 2023. Walau persiapan minim, Fitri mengaku sangat puas dengan hasilnya karena dia mampu mengatasi sejumlah tantangan. Ketika bertanding misalnya, sepedanya Fitri rusak saat memasuki jalanan yang menanjak, belum lagi tantangan ketika berenang. Meskipun renang adalah kekuatan utamanya, nyalinya juga sempat ciut ketika melihat ombak yang tinggi dan cuaca yang kurang baik (sempat ada topan dan badai). Dia sempat menepi dulu dengan berpegangan dua kali pada life guard— namun tetap percaya diri bahwa dia bisa. Syukurlah, dengan segala rintangan yang ada, Fitri bisa menyelesaikan lomba sampai akhir—tidak cengeng dan memilih semangat juang yang tinggi. Semepet-mepetnya persiapan Fitri, persiapan yang dia lakukan gak main- main loh.
“Pas bulan puasa kemaren, gue sempet jatuh dari sepeda saat latihan BRICK (latihan kombinasi antara berenang dan lari atau sepeda dan lari). Karena jatuh itu, gue butuh 3 hari untuk recovery.” Bulan puasa ternyata bukan halangan Fitri untuk terus berlatih dalam mempersiapkan lomba triathlon ini. Dia merasa bahwa dengan mengikuti lomba, dia memperkaya diri dan pengalaman hidupnya dengan lebih bermakna lagi dibanding sebelumnya. Fitri meyakini bahwa tantangan itu harus dihadapi dan dijalani agar diri lebih baik. Hal ini juga diakui oleh pelatih yang mengatakan bahwa Fitri adalah perempuan tangguh dan tidak cengeng dalam menjalani lomba. Mengutip kata pelatih, age is just a number, just go for it. Yakin pada diri sendiri bahwa kamu bisa!
Penulis
Lenia Iryani