Pandemi telah mengubah dunia bisnis offline secara keseluruhan. Media dan pengiklan menjadi salah dua dari beberapa pihak yang terancam dengan tren dunia digital saat ini. Ada beberapa tantangan yang harus dihadapi dengan adanya dunia digital seperti sekarang ini seperti perubahan model bisnis, aplikasi teknologi, dan perubahan regulasi dari bisnis offline ke bisnis online. Strategi pemasaran digital mengalami banyak perubahan sebelum akhirnya mampu diterima oleh masyarakat luas. Pandemi menjadi salah satu alasan dari bertambahnya jumlah konsumen dalam menggunakan konten daring, termasuk dalam mengonsumsi konten penjualan melalui e-commerce. Mengutip Republika, tingkat penetrasi internet di Indonesia mencapai 69,8 persen di tahun 2020 dan pada tahun 2016, jumlah ini akan meningkat sampai dengan 82,53 persen pada tahun 2026.
Mengutip situs idxchannel, tahun 2022 adalah tren bisnis akan bergesar ke tren digital. Perkembangan teknologi yang semakin pesat membuat bisnis offline semakin sedikit peminatnya. Ide bisnis dan inovasi yang cemerlang adalah kunci untuk bisa bertahan dalam persaingan bisnis online. Makanan dengan kemasan yang kreatif adalah salah satu tren bisnis yang diprediksi akan semakin berkembang di tahun 2022. Melalui ide kreatif dan eksekusi yang baik, bisnis makanan online akan semakin digemari.
Melihat fenomena digital saat ini, IWITA ikut serta dalam perkembangan bisnis online. Sebagai salah satu organisasi perempuan Indonesia yang berbasis digital dan tanggap teknologi, IWITA (Indonesia Women Information Technology Awareness) memiliki misi untuk memajukan perempuan Indonesia melalui berbagai pelatihan dan inovasi yang berbasis Teknologi Informasi.
Teknologi informasi
Mengapa Teknologi Informasi menjadi sangat penting? Salah dua faktor penyebabnya adalah profil dari anggota IWITA itu sendiri. Sebanyak 35% anggota IWITA adalah Generasi X dan Generasi Y dengan rentang usia 22 – 51 tahun. Rentang usia yang cukup lebar ini menjadi peluang emas untuk meningkatkan kemampuan literasi di bidang Teknologi Informasi. Faktor selanjutnya yang tidak kalah penting adalah gender dari anggota IWITA. Sebanyak 70% anggota IWITA adalah perempuan, dan dari sebuah riset yang dilakukan oleh We Are Social, lembaga riset media sosial dari Inggris, mengatakan bahwa penggunaan media sosial didominasi oleh laki-laki sebanyak 18 persen berbanding dengan 15 persen untuk laki-laki dan perempuan berusia 18-24 tahun. Jumlah ini juga tidak berbeda jauh dengan rentang umur pengguna media sosial di umur 25-34 tahun, laki-laki tetap mendominasi dengan jumlah 19 persen berbanding 14 persen untuk perempuan.
Perempuan bekerja secara online
Kembali ke persentase anggota IWITA, dengan jumlah anggota perempuan yang lebih banyak daripada laki-laki, maka segala kegiatan yang ada banyak berfokus pada pemberdayaan perempuan di bidang digital. IWITA mengusung transformasi digital yang mengusung efisiensi dari segi waktu, anggaran, dan juga membantu meningkatkan kepuasan anggota serta kinerja organisasi. Dengan adanya kegiatan-kegiatan yang dilaksanakan secara online, maka dibutuhkan data untuk mengetahui perilaku masyarakat agar setiap kegiatan/program yang dijalani tetap berjalan sesuai dengan visi dan misi yang dibawakan oleh IWITA.
Martha Simanjuntak selaku Founder IWITA ingin menciptakan solusi berkaitan dengan kesulitan para pelaku UMKM, khususnya perempuan yang kesulitan untuk berjualan selama masa pandemi. Kehidupan new normal membuat segala kegiatan yang berjalan kedepannya mengusung social distancing, contactless, dan remote working. Ada beberapa masalah yang muncul selama pandemi seperti PHK dan bisnis UMKM yang belum berkembang, perempuan yang memiliki bisnis UMKM tentunya merasakan dampak yang cukup besar akibat pandemi ini.
IWITA sebagai salah organisasi yang didominasi oleh perempuan, merasa terpanggil untuk memberikan solusi untuk perempuan-perempuan yang memiliki bisnis UMKM melalui IWITA go digital. Sama seperti laki-laki yang lebih mahir dalam menggunakan teknologi, para perempuan di IWITA juga diberikan ruang untuk menguasai digital melalui one data berbasis digital. IWITA memperkenalkan sebuah timeline kegiatan sederhana yang diwujudkan dalam bentuk kegiatan digital.
Kartu Digital IWITA via Tagid
Kegiatan sederhana yang dimaksud adalah memberikan update acara kepada anggota melalui broadcast message, pendataan status anggota secara online (melalui cloud) dan sudah terjamin keamanannya. Kemudahan dalam pendataan status anggota dan update acara melalui broadcast membuat semua data dapat terdata dengan baik dan dapat diakses kapan saja dan dimana saja. Kegiatan lain yang coba dilakukan secara digital adalah auto debet untuk biaya membership anggota IWITA sehingga aman dari ancaman fraud.
BEONCO Reseller untuk anggota IWITA dapat diakses disini
Melalui digitalisasi sistem organisasi dan anggota, para anggota IWITA mendapatkan beberapa fasilitas seperti kartu digital TAG, memiliki platform toko online (Beonco) dengan produk-produk yang siap dijual, dan dilengkapi dengan dashboard reseller yang berfungsi untuk memeriksa penjualan dan pendapatan Anda setiap saat. Hanya dengan scan QR Code, Anda sudah bisa memiliki keanggotaan digital IWITA dan dapat menikmati fasilitas-fasilitas yang tersedia untuk kegiatan organisasi dan berjualan secara online.
Kartu Digital IWITA