Membangun SDM Unggul Menuju Indonesia Maju

Periode pertama tahun 2020 Lembaga Kajian Nawacita melaksanakan FGA (Focus Group Action) dengan Tema “ Membangun SDM Unggul Menuju Indonesia Maju”.  Tujuan diadakan FGA ini, menurut Bapak Ir. Samsul Hadi selaku Ketua LKN bahwa banyak orang mengartikan SDM Unggul adalah program pemerintah setelah infrastruktur, SDM Unggul persepsi-nya berbeda beda tergantung dari backround profesi masing-masing, satu hal yang membuat satu rumusan adalah LKN ingin menunjukan bahwa SDM Unggul yang berkarakter yang akan disampaikan oleh Kementrian Pendidikan dan Kebudayaan sebagai acuan kita bersama.

Salah satu agenda acara ini, adalah penandatanganan kerjasama bersama IWITA (Indonesia Women Information Technology Awareness) dalam melakukan peningkatan kapasitas di bidang Pelatihan IT, Mediasosial dan Pembentukan Komite Peran Wanita Unggul melalui kegiatan Kajian, Seminar, Workshop lain-lain, serta bekerja sama dengan para UKM, agar induk UKM Go Internasional, begitu yang diucapakan oleh bapak Ir. Samsul Hadi selaku Ketua Lembaga Kajian Nawacita.

Pernah Amanat Presiden Bapak Jokowi ketika menyampaikan Deklarasi Dirgahayu Republik Indonesia yang ke 74 yaitu “ Indonesia tidak gentar menghadapi persaingan global Sumber Daya Manusia yang unggul memiliki kreativitas, inovasi dan kecepatan untuk bersaing secara global sehingga mampu melampaui bangsa-bangsa lain di dunia”. SDM Unggul adalah kunci Indonesia masa depan yang berbudi pekerti luhur, berkarakter kuat, menguasai keterampilan dan ilmu pengetahuan masa kini dan masa depan ungkap narasumber bapak Dr. Risnarto MS, APU dari Komite SDM Unggul berkarakter.

Untuk mencetak SDM yang pintar dan berbudi pekerti luhur harus didahului oleh SDM sehat dan kuat salah satunya adalah :

  1. Menurunkan angka stunting sehingga anak-anak kita bisa tumbuh menjadi generasi yang premium.
  2. Memperluas akses kesehatan dengan pemanfaatan teknologi dan pembangunan infrastruktrurdasar ke seluruh pelosok tanah air.
  3. Meningkatkan kualitas kesehatan dengan pengembangan inovasi dan budaya hidup sehat.

Kita butuh SDM Unggul yang berhati Indonesia berideologi Pancasila, kita butuh SDM Unggul yang toleran dan berakhlak mulia, kita butuh SDM Unggul yang terus belajar bekerja keras dan berdedikasi. Oleh karena itu ancaman-ancaman harus diwaspadai seperti : ancaman terhadap ideologi Pancasila, ancaman terhadap tradisi dan seni budaya, ancaman terhadap warisan kearifan-kearifan lokal bangsa dan ancaman terhadap pertahanan dan keamanan.

Narasumber Bapak Gatot Hari Priowijanto selaku Director of The Southeast Asian Ministers of Education Organization (SEAMEO) Secretariat memberikan kesepakatan tahapan implementasi prodi yang sejenis dalam 1 hingga 3 tahun yang akan datang yaitu menentukan prodi bersama yang bisa dikembangkan menjadi standar AQRF (ASEAN Qualification Reference Framewok) bersma salah satu-nya adalah SEAMEO Center Indonesia dan SEAMEO VOCTECH Brunei Darussalam level 1-6

Dalam paparanya, Bapak Gatot Hari Priowijanto menyampakan 5 Kebijakan Mendikbud, Nadiem Makarim sebagai berikut :

  1. Pendidikan karakter dan Pengamalan Pancasila
  2. Potong semua regulasi yang menghambat terobosan dan peningkatan investasi
  3. Kebijakan pemerintah harus kondusif untuk menggerakkan sector swasta agar meningkatkan investasi di sector pendidikan
  4. Semua kegiatan pemerintah berorientasi pada penciptaan lapangan kerja dengan mengutamakan pendekatan pendidikan dan pelatihan vokasi yang baru dan inovatif.
  5. Memperkuat teknologi sebagai alat pemerataan baik daerah terpencil maupun kota besar untuk mendapatkan kesempatan dan dukungan yang sama untuk pembelajaran.

Narasumber terakhir adalah Kolonel Sus Drs. Dendi Tuwidanterse SH, M.Si mengatakan bahwa Bela Negara adalah roh bagi suatu bangsa dan Negara. Oleh karena itu suatu Negara akan semakin kuat apabila banyak rakyatnya yang memiliki kesadaran bela Negara, karena ditopang oleh orang yang siap membela Negara dan rela mati demi negaranya. Namun sebaliknya suatu Negara akan dapat terpecah belah, apabila rakyatnya kurang memiliki kesadaran untuk Bela Negara, karena tidak ada rasa kecintaan kebanggaan kepada Negara.

Penulis : Sumiyati Sapriasih, Ketua IWITA Bekasi