Mempersiapkan generasi bangsa paham akan Cyber Security and Cyber Wellness

Tanggal  8 Januari 2016 kemarin, IWITA mendapat undangan untuk forum diskusi bersama dengan Indonesia Security Incident Response Team on Internet Infrastructure Coordination Center (Id-SIRTII/CC) dengan didukung oleh Yayasan Cinta Anak Bangsa /YCAB dan Facebook, Inc untuk hadir dalam dialog dan diskusi mengenai Cyber Security dan Cyber Wellness yang diadakan di Meradelima Restaurant.

Dalam dialog dan diskusi tersebut membahas juga mengenai Assessment untuk kondisi Cyber Wellness di Indonesia oleh perwakilan dan komunitas Overview of Facebook’s Anti Bullying Hub oleh Facebook Inc.

Beberapa permasalahan yang kerap terjadi pada anak-anak yaitu bullying. Dengan hasil yang menunjukkan yaitu sebanyak 40% anak-anak Indonesia telah menjadi korban bullying. Dengan rata-rata umur 0-18 tahun menjadi korban kekerasan dirumah maupun di sekolah.

Dampak maupun efek yang dirasakan oleh korban bullying itu sendiri adalah tidak adanya keterbukaan pada lingkungan sekitar seperti lingkungan rumah maupun sekolah, anak-anak menjadi tidak peduli dengan sekolah karena mental anak-anak tersebut sudah lemah akibat bullying, bahkan dampak terburuknya untuk anak itu sendiri dapat melukai diri sendiri karena frustasi. Sementara itu, dampak yang ditimbulkan oleh pelaku bullying itu sendiri adalah prestasi sekolah menurun, memiliki perilaku buruk pada lingkungan sosial, dan juga dapat menjadi pelaku kejahatan.

Lingkungan rumah maupun lingkungan sekolah sangat berperan penting untuk menjadi tempat yang baik bagi korban bullying. Khususnya peran orang tua ataupun kakak/adik dalam keluarga, juga peran guru di sekolah sangat dibutuhkan untuk mencegah kasus seperti ini. Dalam lingkungan rumah, orang tua harus bisa menjadi tempat mencurahkan perasaaan (share)  terbaik dari segala permasalahan pada anak. Orang tua juga harus selalu mengawasi lingkungan sosial anak, apakah anak berada di lingkungan yang membuatnya nyaman untuk berinteraksi sosial atau jurtru membuat mental dan perilaku sosial anak menjadi rusak.

Orang tua juga perlu mengetahui semua media sosial yang digunakan anak, apa yang dilakukan anak dalam memainkan media sosial, dengan siapa anak-anak berteman di media sosial. Jangan sampai anak justru malah terjerumus dengan hal-hal negative yang ditimbulkan dari media sosial. Selain itu, di lingkungan sekolah seorang guru lah yang harus berperan aktif untuk mengawasi dan memantau perkembangan siswa-siswa di sekolah. Guru di sekolah adalah orang tua kedua bagi anak, karena itu perlu juga mengenal lingkungan siswa-siswa di sekolah. Dan diperlukan upaya yang cukup kuat untuk memantau siswa-siswa di sekolah agar tidak terjadi bullying yaitu dengan memiliki komunikasi yang baik antara siswa dan guru.

Korban bullying sangat membutuhkan pendamping yang membuatnya nyaman untuk berbagi segala permasalahan yang dihadapinya. Korban bullying juga perlu diberikan pengetahuan dan informasi juga dukungan kuat untuk membangun mental agar menjadi lebih kuat. Ajarkan kepada korban bullying membuat self reminder untuk membangun rasa percaya diri pada diri sendiri.

Menjadi perhatian buat kita semua untuk generasi penerus dan menjadi catatan khusus buat kita semua bahwa teknologi memberikan pengaruh sangat besar dalam kehidupan manusia. Menurut McLuhan dalam bukunya yang berjudul Understanding Media (1964) dimana dijelaskan tentang pengaruh teknologi, bahwa teknologi media telah menciptakan revolusi di tengah masyarakat karena masyarakat sudah sangat tergantung kepada teknologi dan tatanan masyarakat terbentuk berdasarkan pada kemampuan masyarakat menggunakan teknologi. McLuhan juga menyatakan bahwa media berperan menciptakan dan mengelola budaya.